Aku pertama kali bertemu dengannya di salah satu sudut restoran cepat saji yang biasa kudatangi bersama karibku, Eki. Tapi, kali itu aku sedang sendiri.
Sehari sebelumnya adalah ulang tahunku. Dia mengucapkan selamat melalui media sosial Twitter. Entah kenapa tiba-tiba--melalui media yg sama--kuajak dia untuk bertemu esok sore. Semacam kopi darat--istilah yang sering digunakan nettizen--di restoran cepat saji langgananku.
Esoknya aku datang duluan. Aku duduk menunggu di salah satu meja di sudut ruangan sambil melipat kertas origami yang selalu kubawa di dalam tasku.
Lima belas menit kemudian, dia datang. Tidak sendiri, ternyata. Ada seorang lelaki di sampingnya. Oh, iya. Aku belum bilang kalau yang sedang kutunggu adalah seorang perempuan kan? Ya, dia datang bersama seorang lelaki. Belakangan kutahu kalau lelaki itu juga adalah teman dunia mayaku. Dunia yang (tidak) sempit.
Kami bertiga cepat akrab, mengingat di antara kami tidak ada yang memiliki sifat pemalu. Ya, aku tahu itu. Kedua teman baruku membawa dua hal yang luar biasa menurutku. Si wanita pandai merajut dan si pria pandai bersajak. Aku tidak tahu ada hubungan apa di antara mereka. Aku tidak peduli. Toh, nanti aku akan tahu dengan sendirinya. Sore itu, aku diajari merajut. Dengan huruf 't' di akhirnya, bukan 'k'.
Teman baruku ini unik. Dia tipe perempuan yang terbuka, dalam hal perasaan, menurutku. Di pertemuan kedua dia sudah berani menceritakan soal lelaki yang (pernah) ada di hidupnya.
Mereka baru saja putus beberapa pekan yang lalu, akunya waktu itu. Aku percaya itu. Tampak jelas dari suara dan ekspresinya saat bercerita tentang lelaki gondrong mantan pacarnya itu, bahwa dia masih cinta.
Di pertemuan kedua pula aku yakin kalau perempuan perajut itu juga pandai merajuk pada pacarnya, dulu. Dia bilang, sering marah saat pacarnya mengobrol dengan perempuan lain. Mereka memutuskan berpisah pun tidak jauh dari soal cemburu. Apa kubilang? Dia memang perajut yang suka merajuk.
Besok, kami berjanji bertemu di restoran cepat saji itu lagi. Akan menjadi pertemuan kelima kami. Dia berjanji akan mengajariku merajut syal. Aku pun yakin dia akan membawa cerita tentang pria gondrong yang sering membuat matanya bengkak itu lagi.
Mengapa kukatakan dia salah satu orang luar biasa di hidupku? Sebab karena dia, cerita ini lahir. Hmm..., apakah tadi aku sudah mengatakan kalau perempuan itu bernama Hening?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar